EKSTRAK GINSENG AGAR IKAN CUPANG AGRESIF
NINA MEILISZA
Salah satu bentuk kemampuan adaptasi ikan terhadap pakan adalah daya respon serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan sintasan. Pada ikan Betta, pakan juga memiliki kekhususan peran yaitu sebagai salah satu media pembelajaran yang tersedia untuk melakukan perkembangan interaksi sosial (Wagner, 1989) dan stimulus untuk menghadirkan kondisi tingkah laku agonistik pada Betta (Thompson, 1966).
Perilaku agonistik yang terdokumentasi saat unjuk kemampuan
(kronologis: dari a menuju f).
Agonistik berasal dari bahasa Yunani yaitu agonistes, yang berarti "juara" yaitu perilaku hewan yang didefinisikan sebagai sifat yang dipamerkan selama kontes, bertempur, melarikan diri, menyerang, atau pertarungan antara dua hewan. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan perilaku unjuk kemampuan yang ditunjukkan oleh hewan jantan saat mereka bersaing untuk peluang kawin dengan betina. Betta jantan berjuang untuk mengklaim wilayah, atau untuk melindungi telur atau keturunan dari jantan pesaing. Umumnya pertempuran fisik selalu didahului dengan unjuk kemampuan yang
kadang-kadang
disebut "flaring". Ketika dirangsang oleh keberadaan jantan pesaing, seekor Betta
jantan akan menunjukkan beberapa jenis gerakan agresif yang ditentukan secara genetis (pola aksi tetap). Ikan akan melebarkan siripnya, bergidik tubuhnya, memperpanjang operculum insang dan membran, serta umumnya muncul jauh lebih besar dari ukuran biasanya. Betta tidak mengenali dirinya dalam cermin, dan akan menampilkan refleksi mereka seagresif mungkin untuk jantan lain (Cozza & Krempels, 2013).
Pertemuan agresif antara hewan dari spesies yang sama disebut "perilaku agonistik" untuk
membedakan interaksi sosial dari agresi predator-mangsa dan interaksi non-sosial lainnya. Interaksi agonistik terjadi ketika individu menampilkan dan atau berebut sumber daya seperti habitat, tempat penampungan, pasangan,
dan makanan. Interaksi ini sering menampilkan ritual ketat yang biasanya mengakibatkan konsekuensi tidak mematikan. Penampilan dapat berisi pendengaran, mekanik, visual, dan bahkan sinyal kimia yang dirancang untuk mentransfer informasi terkait seperti ukuran atau keadaan reproduksi tersebut. Hasil utama dari interaksi agonistik adalah pembentukan hubungan dominasi yang dapat mengubah akses ke sumber daya (Moore, 2007).
Dalam teori dominasi, dominasi memiliki kelebihan evolusi yang berbeda peningkatan kelenturan reproduksi (Ellis,1995). Secara umum, individu yang dominan bisa mendapatkan lebih banyak dan atau mempertahankan kontrol lagi atas sumber daya kritis ekologi, yang dapatmenghasilkan lebih banyak perkawinan dan keberhasilan reproduksi yang lebih tinggid an dengan demikian meningkat kelenturanevolusi. Kemampuan individu untuk memiliki dan mengendalikan sumber daya dalam populasi disebut sebagai sumber daya yang memiliki potensi (Wilson1975).
Pakan merupakan salah satu sumber daya yang dapat memberikan respon agonistik pada ikan untuk memanfaatkannya. Konsekuensi dari sifat biologis pakan dapat mempengaruhi karakter pada ikan. Sebagai spesies yang memiliki keunikan khusus dari kemampuannya melakukan atraksi unjuk kemampuan berupa sifat agonistik yang menarik tersebut, maka Betta alam dan transgenik ini sangat diminati oleh para hobiis. Nilai ekonominya sangat tergantung pada kemampuan ikan Betta ini dalam menunjukkan sifat-sifat agresifitas, keragaan dan penampilan tubuhnya.
Ikan Beta atau cupang yang diberi pakan berupa pelet yang mengandung zat aditif ginsenosides komersial dari ekstrak ginseng sebanyak 0,02% dalam 1 kg pakan denga kadar protein 40% dan lemak 11% menunjukkan peningkatan sifat agonistik. Sifat agonistik juga muncul akibat sumber daya yang terbatas dan harus diperebutkan (makanan, ruangan, pasangan) dan dapat terjadi pada ikan tanpa dipengaruhi oleh musim, reproduksi, usia dan jenis kelamin (Ladich, 1997).Perilaku agonistik adalah elemen utama dalam kehidupan sosial hewan.Batasan dalam perilaku agonistik ini adalah agresif, mengancam, tunduk, stress, dan tendensi melarikan diri dalam interaksi intra dan interspesifik (Ladich, 1990).
Tampilan perilaku
agonistik ikan Betta yang teramati saat uji coba unjuk kemampuan
|
Nilai |
Parameter |
|
- 2 |
menjauh dari lawan
atau cepat mundur |
|
-1 |
Menyerah dengan perlahan-lahan
mundur dari lawan |
|
0 |
secara visual mengabaikan
lawan dengan tidak
ada respon atau tampilan
ancaman |
|
1 |
Pendekatan tanpa layar ancaman, berjalan perlahan
menuju lawan |
|
2 |
Pendekatan dengantampilanancamanperenggangan bagian
sirip, tubuh bergidik, perpanjangan operkulum dan membran insang |
|
3 |
Awal utama penggunaan bagian tubuh, mendorong, dan/atau menyentuh dengan moncong mulut atau sirip. Sirip untuk membuka dan mendorong |
|
4 |
Aktif utama penggunaan moncong mulut dengan meraih dan/atau menahan lawan. Bertempur, mencoba menarik atau mematuk bagian tubuh individu
lawannya sedangkan lawan menarik diri ketika
dipatuk atau disentuh
bagian
tubuhnya, |
|
5 |
Akhir pertempuran. Lawan menarik diri atau menyerah dari arena
pertempuran, menjauh sampai akhirnya dipindahkan dari arena |
Keterangan: (modifikasi untuk betta berdasarkan referensi Moore,
2007 pada crayfish air tawar).
Tampilan
perilaku agonistik pada ikan betta yang terdokumentasi menunjukkan bahwa ada
tujuh kriteria penilaian pada aksi yang dimunculkan oleh ikan betta saat unjuk
kemampuan (Tabel 4). Perilaku tersebut tidak semuanya muncul saat berada di
arena unjuk kemampuan. Pada 2 ekor ikan yang berjenis kelamin sama dan
dipasangkan, ada perilaku agonistik yang bersifat pasif (nilai -2 dan -1 pada
Tabel 4), meskipun sebagian besar memperlihatkan perilaku agonistik yang
agresif.
Perilaku
agonistik yang cenderung pasif muncul pada pasangan ikan yang berada pada arena
unjuk kemampuan karena kebiasaan hidup pada awal pemeliharaan hingga unjuk
kemampuan dilakukan adalah secara berkelompok.Ikan betta dipelihara dalam padat
tebar 20 ekor per wadah sehingga dapat memunculkan sikap adaptif dan bersahabat
pada lawannya.Namun, hal ini hanya sedikit indikasi karena sebagian besar tetap
mempertahankan insting awal hewan dalam persaingan dengan lawan apalagi yang belum
dikenalnya.
Perilaku agonistik ditampilkan bila terdapat keterlibatan
langsung dalam konflik antara dua atau lebih individu. Beberapa penelititelah mengamati beberapa bentuk perilaku agonistic pada ikan, burung, mamalia, serangga, dan amfibi (Dzieweczynski et al. 2012). Sementara individu yang menampilkan perilaku agonistik, individu di dekatnya mungkin tidak terlibat dalam menampilkan perilaku tersebut, yaitu, penonton, dan kehadiran individu lainnya mungkin mengubah pilihan ekspresinya karena individu yang
memerankan perilaku agonistik tersebut diduga dapat merasakan kehadiran orang-orang yang berada di
sekitarnya (Matos & McGregor, 2002). Pelaku agonistik saat unjuk kemampuan harus memilih perilaku yang memaksimalkan efektivitas mereka terhadap lawan dan penonton, sehingga terjadi trade-off antara membela diri, melawan lawan dan menyampaikan informasi kepada pihak lain (Matos & McGregor, 2002).
Hal tersebut dibuktikan saat dilakukan unjuk kemampuan antara
dua individu berjenis kelamin sama dipasangkan. Individu lain yang berada di
dekatnya tidak ikut terlibat dalam pertarungan meskipun wadah akuarium arena
dapat dilihat oleh individu lainnya. Kehadiran manusia dalam hal ini penonton
dalam menyaksikan atraksi agonistik tersebut sama sekali tidak memberikan
pengaruh buruk dalam menurunkan kemampuan agonistiknya.
Komentar
Posting Komentar