JENIS PAKAN ALAMI TERBAIK UNTUK BENIH IKAN BUNTAL AIR TAWAR
Evaluasi Jenis Pakan Alami Bagi Pertumbuhan
dan Sintasan
Benih Ikan Buntal Air Tawar (Tetraodon palembangensis)
I
Wayan Subamia dan Nina Meilisza
Peneliti Balai Riset Budidaya Ikan Hias
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Pengantar
Ikan
buntal air tawar (Tetraodon palembangensis)
adalah salah satu spesies ikan hias air tawar yang unik. Keunikan ikan ini terletak pada bentuk
tubuhnya yang bulat dan kemampuannya mengembang ketika menghadapi stress atau
gangguan dari luar. Di dunia perikanan, ikan buntal air tawar
memiliki nilai ekonomi dan estetika yang tinggi serta harganya bersaing dengan spesies air tawar
lainnya. Ikan buntal air tawar
mempunyai tingkat kemampuan hidup yang
tinggi, memiliki populasi yang rendah (sedikit), dengan masa reproduksi kembali
kurang dari 15 bulan. Ukuran maksimal ikan ini adalah 18.0 - 20.0 cm
(7.1 - 7.9 inchi), dan ikan ini tidak berbahaya. Ikan buntal air tawar (Tetraodon palembangensis) memiliki wilayah distribusi di sekitar
Asia yaitu di Indonesia, Laos, Thailand, dan Malaysia (Kottelat et al. 1993).
Kegiatan budidaya ikan buntal air
tawar belum banyak dilakukan sehingga ketersediaannya sangat bergantung dari
hasil penangkapan di alam. Keberhasilan reproduksi dan produksi benih ikan
buntal air tawar yang dihasilkan harus ditindaklanjuti dengan strategi
pemeliharaan benih hingga dewasa, sebagai bagian dari keberlanjutan usaha
budidaya.
Salah satu keberhasilan dalam usaha
budidaya ikan hias adalah jenis dan pemberian pakan selama pemeliharaan
khususnya pembenihan. Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan oleh
faktor pakan. Pemberian pakan yang efektif dan efisien, dalam arti jenis pakan,
jumlah dan waktu pemberian yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan ikan yang
optimal (Mudjiman, 2004).
Berbagai jenis pakan alami secara
umum cocok untuk pakan berbagai tingkat umur benih, disamping memiliki gizi
yang lengkap pakan alami mengandung enzim yang dapat membantu pencernaan di
usus benih ikan yang belum berkembang alat pencernaannya (Chumaidi, 2004).
Pakan alami ukurannya relatif kecil sesuai bukaan mulut ikan, bergerak lamban
sehingga mempermudah benih ikan untuk menangkap dan memangsanya (Departemen
Pertanian, 1992).
Dalam
stadia perkembangan benih, pakan alami yang bergerak lambat seperti rotifer
baik digunakan untuk benih tingkat awal, sedangkan pada benih tingkat lanjut
umumnya digunakan pakan alami yang lebih besar seperti larva serangga dan sebagainya.
Penggunaan larva serangga seperti larva Chironomus
dan larva Culex umum digunakan
sebagai pakan alami bagi benih ikan selain karena hidup di perairan juga karena
kandungan gizi dan disukai oleh ikan.
Larva Chironomus atau cacing darah adalah larva serangga atau agas-agas
yang sebagian hidupnya berada di perairan (Suwignyo dkk., 1974 dalam Raja,
2005). Kandungan gizi larva Chironomus
terdiri atas 90% air dan sisanya,
10%, terdiri dari bahan padatan. Dari 10% bahan padatan ini 62.5 % adalah
protein, 10% lemak, dan sisanya lain-lain. Dengan kandungan nutrisi yang kaya
protein, larva Chironomus merupakan
salah satu pakan ikan yang disukai. Dalam blantika ikan hias, larva Chironomus telah digunakan sebagai pakan
ikan sejak tahun 1930-an (Anonim, 2008).
Larva Culex sp. adalah larva serangga jenis nyamuk yang hidup di perairan.
Larva Culex menetas dari telur
setelah 24 jam, dapat hidup 7 hingga 14 hari tergantung pada suhu air dan
ukuran panjangnya dapat mencapai 0,5 inchi (Anonim, 2008). Selain larva serangga,
pakan alami yang juga disukai ikan serta memiliki kandungan gizi cukup tinggi
dan tidak mempunyai rangka skeleton sehingga mudah dicerna dan sangat baik
untuk pertumbuhan dini ikan air tawar adalah Tubifex sp. (Juhariyah, 2005).
Untuk
mendapatkan jenis pakan alami yang berkualitas dan mampu mendukung pemeliharaan
benih ikan Buntal air tawar maka perlu dilakukan penelitian sehingga diketahui
jenis pakan terbaik bagi pertumbuhan dan sintasan benih ikan Buntal air tawar.
Bahan dan Metode
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah wadah ukuran 15x20x15 cm sebanyak 15 buah dan diisi air sebanyak 4
liter. Bahan yang digunakan adalah benih
ikan Buntal air tawar (Tetraodon
palembangensis) sebanyak 60 ekor berumur 50 hari dengan bobot ± 0,14 gram
per individu dan panjang ± 16 mm. Pakan alami yang digunakan berupa Tubifex sp., larva Chironomus sp., dan larva Culex
sp. Sedangkan air yang digunakan berasal dari air sumur yang sebelumnya sudah
diendapkan dan diaerasi dalam bak tendon selama satu hari.
Penebaran larva dilakukan sebanyak 10
ekor per wadah. Pemberian pakan diberikan 3 kali sehari, yaitu pada pukul 800,
1100, dan 1600 secara ad
libitum. Pengukuran bobot, panjang, dan lebar dilakukan setiap sepuluh hari
sekali sebanyak total benih setiap wadah. Penghitungan juga dilakukan terhadap
jumlah ikan yang mati selama penelitian. Parameter kualitas air yang diukur
adalah suhu, pH, dan oksigen terlarut.
Penyiponan dan pergantian air dilakukan setiap hari sebanyak 50% dari
total air per wadah.
Penelitian dilakukan dengan 5
ulangan dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisis data dilakukan
dengan uji ANOVA (Analisis Sidik Ragam) dan dilanjutkan dengan uju Tukey untuk
membandingkan beda nyata antar perlakuan.
Pengukuran bobot mutlak menggunakan rumus:
Bm
= Bt – B0
Bm
=
Bobot mutlak (mm)
Bt =
Bobot ikan pada akhir penelitian (mm)
B0 =
Bobot ikan pada awal penelitian (mm)
Pengukuran panjang mutlak menggunakan rumus:
Pm
= Pt – P0
Pm
=
panjang mutlak (mm)
Pt =
panjang ikan pada akhir penelitian (mm)
P0 =
panjang ikan pada awal penelitian (mm)
Pengukuran lebar mutlak menggunakan rumus:
Lm = Lt – L0
Lm
=
lebar mutlak (mm)
Lt =
lebar ikan pada akhir penelitian (mm)
L0 =
lebar ikan pada awal penelitian (mm)
Laju
pertumbuhan harian dengan rumus:
α = (t√ωt /ω0
- 1) x 100%
α = laju pertumbuhan individu harian (%)
ωt = bobot
ikan pada hari ke-t
ω0 =
bobot ikan pada awal penelitian
(Huisman, 1976)
Sintasan benih ikan patin dihitung dengan
rumus:
S
= Nt/N0 x 100%
S =
sintasan (%)
Nt =
jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
N0 =
jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
(Effendi,1979)
Hasil dan Bahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisis data menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian, panjang
dan lebar mutlak tertinggi pada benih ikan Buntal air tawar dihasilkan oleh
perlakuan jenis pakan alami larva Culex
sp. Data hasil penelitian pada masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Pertumbuhan Mutlak (g), Laju Pertumbuhan Individu
Harian (%), Panjang Mutlak (mm), Lebar Mutlak (mm) dan Sintasan (%) benih
ikan Buntal air tawar (Tetraodon palembangensis).
|
Hasil |
Perlakuan
Jenis Pakan Alami |
||
|
Tubifex sp. |
Larva Chironomus |
Larva Culex sp. |
|
|
Bobot
Mutlak (g) |
0,36a |
0,54b |
1,70c |
|
Laju
Pertumbuhan Harian (%) |
2,10a |
3,13b |
5,14c |
|
Panjang
Mutlak (mm) |
6,0a |
6,6a |
16,8b |
|
Lebar
Mutlak (mm) |
3,0a |
4,2b |
9,8c |
|
Sintasan
(%) |
5a |
90b |
100b |
Keterangan:
notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
Dari hasil ANOVA diketahui bahwa
perlakuan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan mutlak. Uji lanjut Tukey
menunjukkan bahwa setiap perlakuan jenis pakan alami berbeda nyata satu sama
lain. Perlakuan jenis pakan alami larva Culex
sp. memberikan pertumbuhan mutlak tertinggi selama penelitian dibandingkan
dengan perlakuan lain. Pertumbuhan mutlak terendah dihasilkan oleh perlakuan
jenis pakan alami Tubifex sp. Hal
yang sama juga ditunjukkan pada hasil analisis data pada laju pertumbuhan
individu harian benih ikan Buntal air tawar.
Panjang mutlak tertinggi pada benih
ikan Buntal air tawar dihasilkan oleh perlakuan jenis pakan alami larva Culex sp. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan
mempengaruhi panjang mutlak benih ikan Buntal air tawar. Hasil uji lanjut Tukey
menunjukkan bahwa panjang mutlak pada perlakuan jenis pakan alami Tubifex sp. tidak berbeda nyata dengan
larva Chironomus, namun keduanya
berbeda nyata dengan larva Culex sp.
Hasil penelitian terhadap lebar mutlak
pada benih ikan Buntal air tawar menunjukkan bahwa lebar mutlak tertinggi
dihasilkan oleh perlakuan jenis pakan alami larva Culex sp. Analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa ada
pengaruh perlakuan terhadap lebar mutlak dan uji lanjut Tukey membuktikan bahwa
setiap perlakuan jenis pakan alami berbeda nyata satu sama lain.
Berdasarkan uji ANOVA diketahui bahwa perlakuan jenis pakan
alami mempengaruhi sintasan benih ikan Buntal air tawar. Uji lanjut Tukey menunjukkan
bahwa sintasan pada jenis pakan alami larva Chironomus
dan larva Culex sp. tidak berbeda
nyata, namun keduanya berbeda nyata dengan Tubifex
sp. Sintasan terendah dihasilkan oleh perlakuan jenis pakan alami Tubifex sp. sebesar 5% (Tabel 1).
Pengamatan yang dilakukan selama penelitian, ikan buntal air
tawar menunjukkan pertumbuhan baik bobot, panjang, dan lebar. Grafik
pertumbuhan yang ditunjukkan pada gambar 1, 2, dan 3 memperlihatkan bahwa jenis
pakan alami Culex sp. tumbuh lebih
cepat dan lebih baik dibandingkan kedua jenis pakan alami lainnya (Tubifex sp. dan Chironomus). Pertumbuhan yang terbaik yang dihasilkan oleh Culex sp. mengindikasikan bahwa jenis
pakan alami ini lebih baik dan lebih disukai oleh benih ikan buntal air tawar.

Gambar 1. Pertumbuhan bobot
benih ikan Buntal air tawar
(Tetraodon palembangensis) selama penelitian.

Gambar
2. Pertumbuhan panjang benih ikan Buntal air tawar
(Tetraodon palembangensis) selama
penelitian.

Gambar
3. Pertumbuhan lebar benih ikan Buntal air tawar
(Tetraodon palembangensis) selama
penelitian.
Kisaran kualitas air
yang terjadi selama penelitian menunjukkan nilai suhu, pH, dan DO yang tidak
berbeda antara masing-masing perlakuan. Ketiga parameter kualitas air tersebut
berada dalam kisaran normal dan baik untuk pertumbuhan benih ikan buntal air
tawar (Tabel 2).
Tabel
2. Data kualitas air selama penelitian
|
Parameter |
Tubifex sp. |
Larva Chironomus
sp. |
Larva Culex sp. |
|
Suhu (0C) |
26-27 |
26-27 |
26-27 |
|
pH |
6-6,5 |
6,25-6,5 |
6,5 |
|
Oksigen terlarut (DO) (ppm) |
4,00-5,00 |
4,415-5,12 |
4,235-4,94 |
Pada penelitian ini, sintasan sangat
dipengaruhi oleh perlakuan jenis pakan alami. Meskipun kualitas air selama penelitian
hampir sama pada tiap perlakuan dan penyiponan serta pergantian air sebanyak
50% selalu dilakukan setiap hari namun Tubifex
sp. telah menghasilkan sintasan yang sangat rendah pada benih ikan buntal air
tawar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Tubifex
sp. cenderung berperilaku diam di dasar perairan sehingga benih ikan buntal air
tawar kurang merespon keberadaannya. Sifat Tubifex
sp. yang diam bertolak belakang dengan sifat ikan buntal air tawar yang
cenderung agresif dan menyukai makanan yang bergerak. Hal ini menyebabkan benih
ikan buntal air tawar kurang tertarik untuk memakan Tubifex sp. sehingga benih ikan buntal air tawar tidak merespon
pakan sehingga tidak memiliki energi yang dibutuhkan tubuh untuk aktifitasnya.
Keadaan inilah yang menyebabkan banyak benih ikan buntal air tawar yang
mengalami kematian.
Sifat ikan buntal air tawar yang
menyukai makanan yang bergerak, menyebabkan larva Culex sp. cenderung lebih disukai. Hal ini menyebabkan sintasan dan
pertumbuhan benih ikan buntal air tawar lebih baik jika dibandingkan dengan
kedua perlakuan Tubifex sp. dan larva
Chironomus meskipun kandungan zat
gizi pada ketiganya hampir sama.
Tabel
3. Hasil Analisis Proksimat (bahan kering)
|
Sampel |
Kadar
kering (%) |
Kering
(1050C) |
||
|
Protein
(%) |
Lemak
(%) |
Abu (%) |
||
|
Larva Chironomus |
98,18 |
64,01 |
5,72 |
15,50 |
|
Tubifex sp. |
98,54 |
66,94 |
9,44 |
5,33 |
|
Larva Culex
sp. |
97,16 |
64,04 |
17,63 |
7,84 |
Pertumbuhan
terjadi akibat pemberian pakan alami yang telah memenuhi syarat pakan yang baik
bagi larva diantaranya adalah ukuran yang lebih kecil dari bukaan mulut ikan
dan memiliki nilai nutrisi yang tinggi.
Seperti dikatakan oleh Effendi (2004) bahwa persyaratan pakan yang
sesuai adalah berukuran kecil, lebih kecil dari bukaan mulut ikan, bergerak
sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna, dan mengandung
nutrisi yang tinggi. Menurut Handayani
(2006) bahwa pemberian pakan yang bermutu dan disenangi oleh ikan selain dapat
mempertinggi derajat efisiensi penggunaan juga dapat memacu pertumbuhan dan
sintasan ikan yang dipelihara.
Sesuai
dengan pendapat Mudjiman (1999) ikan membutuhkan nutrisi yang digunakan sebagai
sumber energi bagi pertumbuhan dan aktivitas sehari-hari, karena itu pakan
harus mengandung zat-zat penghasil energi seperti protein, lemak dan BETN. Selain itu pakan juga harus mengandung
vitamin, mineral, serat dan air yang digunakan untuk proses fisiologis lainnya.
Kandungan
nutrisi pada ketiga jenis pakan alami (Tabel 3) menunjukkan bahwa kadar kering
ketiganya hampir sama dengan kandungan protein yang memiliki selisih sekitar
2,9 %. Selisih tersebut menunjukkan bahwa Tubifex
sp. sedikit lebih tinggi dibandingkan larva Chironomus
dan Culex sp. Kandungan lemak pada
setiap jenis pakan alami menunjukkan hasil yang berbeda, larva Culex sp. memiliki kandungan lemak yang
jauh lebih tinggi yaitu sebesar 17,63% dibandingkan larva Chironomus dan Tubifex
sp. masing-masing 5,72% dan 9,44%. Jumlah kandungan nutrisi pada setiap jenis
pakan alami ini menunjukkan bahwa larva Culex
sp menghasilkan jumlah energi terbesar dibandingkan larva Chironomus dan Tubifex
sp.
Selain
kandungan nutrisinya, larva Culex sp.
memiliki keunggulan lain dibandingkan dengan Tubifex sp. dan larva Chironomus
adalah sifatnya yang bergerak sehingga mudah dideteksi oleh ikan buntal air
tawar dan mudah dicerna. Sifat ini selain dapat menarik perhatian benih ikan
buntal air tawar juga meningkatkan keinginan memangsa. Keunggulan-keunggulan tersebut menyebabkan
perlakuan larva Culex sp. mampu
memberikan pertumbuhan dan sintasan tertinggi dibandingkan perlakuan-perlakuan
lainnya.
Kesimpulan dan Saran
Pemberian
pakan alami yang berbeda Tubifex sp., larva Chironomus, dan larva Culex
sp. berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan benih ikan buntal air tawar,
yang meliputi pertumbuhan mutlak (pertambahan bobot, panjang, dan lebar), laju
pertumbuhan harian dan sintasan.
Perlakuan larva Culex sp.
mampu memberikan pertumbuhan yang tertinggi terhadap pertumbuhan mutlak
(pertambahan bobot, panjang, dan lebar), laju pertumbuhan harian, dan sintasan.
Untuk
menghasilkan pertumbuhan dan sintasan tinggi dalam pemeliharaan benih ikan
buntal air tawar disarankan menggunakan larva Culex sp. sebagai pakan alami hingga ukuran 2 g/individu.
Daftar Pustaka
Anonim, 2008.
Bloodworm. http://www.o-fish.com/pakan
ikan/bloodworm. 01/03/2007, pk.16.45 WIB.
Chumaidi,
2004. Teknologi budidaya pakan alami. Dalam: Makalah Simposium
Pengembangan
Perikanan Budidaya Mendukung Pembangunan Kota Berwawasan
Lingkungan, 24 Agustus 2004, Hotel Salak, Bogor.
Departemen Pertanian,
1992. Petunjuk teknis budidaya pakan alami. Dalam:
Makalah Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, Jakarta.
Effendi, M.I. 2004. Metoda Biologi Perikanan. Catakan II.
Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Handayani, S. 2006.
Pengaruh penggunaan tepung kepala udang windu pada pakan buatan terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih lobster air tawar (Cherax albertis). Skripsi. Jurusan
Biologi FMIPA – Universitas Negeri Jakarta. Tidak dipublikasikan.
Juhariyah, D. 2005.
Pengaruh pemberian nauplii Artemia sp.,
Moina sp., dan Tubifex sp. terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan
Botia (Chromobotia macracanthus
Bleeker). Skripsi. Fakultas Biologi-Univertas Nasional. Tidak dipublikasikan.
Kottelat, M., A.J. Whitten,
S.N. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater fishes
of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions, Hong Kong. 221 p.
Lingga, P. dan H.
Susanto. 1989. Ikan hias air tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mudjiman,
A. 1999. Makanan ikan. Cetakan II.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Raja,
Badia. 2005. Pertumbuhan dan produksi
larva cacing darah Chironomus sp.
pada media yang dipupuk kotoran ayam
dosis 1,0 – 2,5 gram/liter. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Artkel telah dipublikasikan pada
http://www.faperta.ugm.ac.id/semnaskan/abstrak/prosiding2009/BDP/pakan.php
Komentar
Posting Komentar