JENIS PAKAN ALAMI TERBAIK UNTUK BENIH IKAN BUNTAL AIR TAWAR

Evaluasi Jenis Pakan Alami Bagi Pertumbuhan dan Sintasan

Benih Ikan Buntal Air Tawar (Tetraodon palembangensis)

I Wayan Subamia dan Nina Meilisza

Peneliti Balai Riset Budidaya Ikan Hias

Kementerian Kelautan dan Perikanan

 

Pengantar

 

            Sektor perikanan adalah sektor usaha yang mendapat perhatian dan memiliki peluang besar untuk prospek masa depan, khususnya dalam usaha budidaya. Selain budidaya ikan konsumsi, budidaya ikan hias mempunyai prospek yang cerah karena permintaan pasar khususnya pasar luar negeri sampai saat ini belum terpenuhi (Lingga dan Susanto, 2003).

            Ikan buntal air tawar (Tetraodon palembangensis) adalah salah satu spesies ikan hias air tawar yang unik.  Keunikan ikan ini terletak pada bentuk tubuhnya yang bulat dan kemampuannya mengembang ketika menghadapi stress atau gangguan dari luar.  Di dunia perikanan, ikan buntal air tawar memiliki nilai ekonomi dan estetika yang tinggi serta harganya bersaing dengan spesies air tawar lainnya.  Ikan buntal air tawar mempunyai  tingkat kemampuan hidup yang tinggi, memiliki populasi yang rendah (sedikit), dengan masa reproduksi kembali kurang dari 15 bulan.   Ukuran maksimal ikan ini adalah 18.0 - 20.0 cm (7.1 - 7.9 inchi), dan ikan ini tidak berbahaya.  Ikan buntal air tawar (Tetraodon palembangensis) memiliki wilayah distribusi di sekitar Asia yaitu di Indonesia, Laos, Thailand, dan Malaysia (Kottelat et al. 1993).

            Kegiatan budidaya ikan buntal air tawar belum banyak dilakukan sehingga ketersediaannya sangat bergantung dari hasil penangkapan di alam. Keberhasilan reproduksi dan produksi benih ikan buntal air tawar yang dihasilkan harus ditindaklanjuti dengan strategi pemeliharaan benih hingga dewasa, sebagai bagian dari keberlanjutan usaha budidaya.

            Salah satu keberhasilan dalam usaha budidaya ikan hias adalah jenis dan pemberian pakan selama pemeliharaan khususnya pembenihan. Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan oleh faktor pakan. Pemberian pakan yang efektif dan efisien, dalam arti jenis pakan, jumlah dan waktu pemberian yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal (Mudjiman, 2004).

            Berbagai jenis pakan alami secara umum cocok untuk pakan berbagai tingkat umur benih, disamping memiliki gizi yang lengkap pakan alami mengandung enzim yang dapat membantu pencernaan di usus benih ikan yang belum berkembang alat pencernaannya (Chumaidi, 2004). Pakan alami ukurannya relatif kecil sesuai bukaan mulut ikan, bergerak lamban sehingga mempermudah benih ikan untuk menangkap dan memangsanya (Departemen Pertanian, 1992).

Dalam stadia perkembangan benih, pakan alami yang bergerak lambat seperti rotifer baik digunakan untuk benih tingkat awal, sedangkan pada benih tingkat lanjut umumnya digunakan pakan alami yang lebih besar seperti larva serangga dan sebagainya. Penggunaan larva serangga seperti larva Chironomus dan larva Culex umum digunakan sebagai pakan alami bagi benih ikan selain karena hidup di perairan juga karena kandungan gizi dan disukai oleh ikan.

            Larva Chironomus atau cacing darah adalah larva serangga atau agas-agas yang sebagian hidupnya berada di perairan (Suwignyo dkk., 1974 dalam Raja, 2005). Kandungan gizi larva Chironomus terdiri atas 90% air dan sisanya, 10%,  terdiri dari bahan padatan. Dari 10% bahan padatan ini 62.5 % adalah protein, 10% lemak, dan sisanya lain-lain. Dengan kandungan nutrisi yang kaya protein, larva Chironomus merupakan salah satu pakan ikan yang disukai.  Dalam blantika ikan hias, larva Chironomus telah digunakan sebagai pakan ikan sejak tahun 1930-an (Anonim, 2008).

            Larva Culex sp. adalah larva serangga jenis nyamuk yang hidup di perairan. Larva Culex menetas dari telur setelah 24 jam, dapat hidup 7 hingga 14 hari tergantung pada suhu air dan ukuran panjangnya dapat mencapai 0,5 inchi (Anonim, 2008). Selain larva serangga, pakan alami yang juga disukai ikan serta memiliki kandungan gizi cukup tinggi dan tidak mempunyai rangka skeleton sehingga mudah dicerna dan sangat baik untuk pertumbuhan dini ikan air tawar adalah Tubifex sp. (Juhariyah, 2005).

Untuk mendapatkan jenis pakan alami yang berkualitas dan mampu mendukung pemeliharaan benih ikan Buntal air tawar maka perlu dilakukan penelitian sehingga diketahui jenis pakan terbaik bagi pertumbuhan dan sintasan benih ikan Buntal air tawar.

 

Bahan dan Metode

 

            Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah ukuran 15x20x15 cm sebanyak 15 buah dan diisi air sebanyak 4 liter.  Bahan yang digunakan adalah benih ikan Buntal air tawar (Tetraodon palembangensis) sebanyak 60 ekor berumur 50 hari dengan bobot ± 0,14 gram per individu dan panjang ± 16 mm. Pakan alami yang digunakan berupa Tubifex sp., larva Chironomus sp., dan larva Culex sp. Sedangkan air yang digunakan berasal dari air sumur yang sebelumnya sudah diendapkan dan diaerasi dalam bak tendon selama satu hari.

            Penebaran larva dilakukan sebanyak 10 ekor per wadah. Pemberian pakan diberikan 3 kali sehari, yaitu pada pukul 800, 1100, dan 1600 secara ad libitum. Pengukuran bobot, panjang, dan lebar dilakukan setiap sepuluh hari sekali sebanyak total benih setiap wadah. Penghitungan juga dilakukan terhadap jumlah ikan yang mati selama penelitian. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, dan oksigen terlarut.  Penyiponan dan pergantian air dilakukan setiap hari sebanyak 50% dari total air per wadah.

            Penelitian dilakukan dengan 5 ulangan dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisis data dilakukan dengan uji ANOVA (Analisis Sidik Ragam) dan dilanjutkan dengan uju Tukey untuk membandingkan beda nyata antar perlakuan.

Pengukuran bobot mutlak menggunakan  rumus:

Bm = Bt – B0

Bm   =  Bobot mutlak (mm)

Bt     =  Bobot ikan pada akhir penelitian (mm)

B0     =  Bobot ikan pada awal penelitian (mm)

Pengukuran panjang mutlak menggunakan  rumus:

Pm = Pt – P0

Pm   =  panjang mutlak (mm)

Pt     =  panjang ikan pada akhir penelitian (mm)

P0     =  panjang ikan pada awal penelitian (mm)

Pengukuran lebar mutlak menggunakan  rumus:

Lm = Lt – L0

Lm    =  lebar mutlak (mm)

Lt      =  lebar ikan pada akhir penelitian (mm)

L0     =  lebar ikan pada awal penelitian (mm)

Laju pertumbuhan harian dengan rumus:

α  = (t√ωt /ω0 -  1) x 100%

α     =  laju pertumbuhan individu harian (%)

ωt    =  bobot ikan pada hari ke-t

ω0    =  bobot ikan pada awal penelitian

(Huisman, 1976)

Sintasan benih ikan patin dihitung dengan rumus:

S = Nt/N0 x 100%

S     =  sintasan (%)

Nt     =  jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)

N0    =  jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

(Effendi,1979)

 

 

Hasil dan Bahasan

 

          Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian, panjang dan lebar mutlak tertinggi pada benih ikan Buntal air tawar dihasilkan oleh perlakuan jenis pakan alami larva Culex sp. Data hasil penelitian pada masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut:

Tabel 1.  Pertumbuhan Mutlak (g), Laju Pertumbuhan Individu Harian (%), Panjang Mutlak (mm),          Lebar Mutlak (mm) dan Sintasan (%) benih ikan Buntal air tawar (Tetraodon palembangensis).

Hasil

Perlakuan Jenis Pakan Alami

Tubifex sp.

Larva Chironomus

Larva Culex sp.

Bobot Mutlak (g)

0,36a

0,54b

1,70c

Laju Pertumbuhan Harian (%)

2,10a

3,13b

5,14c

Panjang Mutlak (mm)

6,0a

6,6a

16,8b

Lebar Mutlak (mm)

3,0a

4,2b

9,8c

Sintasan (%)

5a

90b

100b

Keterangan: notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

          Dari hasil ANOVA diketahui bahwa perlakuan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan mutlak. Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa setiap perlakuan jenis pakan alami berbeda nyata satu sama lain. Perlakuan jenis pakan alami larva Culex sp. memberikan pertumbuhan mutlak tertinggi selama penelitian dibandingkan dengan perlakuan lain. Pertumbuhan mutlak terendah dihasilkan oleh perlakuan jenis pakan alami Tubifex sp. Hal yang sama juga ditunjukkan pada hasil analisis data pada laju pertumbuhan individu harian benih ikan Buntal air tawar.

          Panjang mutlak tertinggi pada benih ikan Buntal air tawar dihasilkan oleh perlakuan jenis pakan alami larva Culex sp.  Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan mempengaruhi panjang mutlak benih ikan Buntal air tawar. Hasil uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa panjang mutlak pada perlakuan jenis pakan alami Tubifex sp. tidak berbeda nyata dengan larva Chironomus, namun keduanya berbeda nyata dengan larva Culex sp.

          Hasil penelitian terhadap lebar mutlak pada benih ikan Buntal air tawar menunjukkan bahwa lebar mutlak tertinggi dihasilkan oleh perlakuan jenis pakan alami larva Culex sp. Analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan terhadap lebar mutlak dan uji lanjut Tukey membuktikan bahwa setiap perlakuan jenis pakan alami berbeda nyata satu sama lain.

Berdasarkan uji ANOVA diketahui bahwa perlakuan jenis pakan alami mempengaruhi sintasan benih ikan Buntal air tawar. Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa sintasan pada jenis pakan alami larva Chironomus dan larva Culex sp. tidak berbeda nyata, namun keduanya berbeda nyata dengan Tubifex sp. Sintasan terendah dihasilkan oleh perlakuan jenis pakan alami Tubifex sp. sebesar 5% (Tabel 1).

Pengamatan yang dilakukan selama penelitian, ikan buntal air tawar menunjukkan pertumbuhan baik bobot, panjang, dan lebar. Grafik pertumbuhan yang ditunjukkan pada gambar 1, 2, dan 3 memperlihatkan bahwa jenis pakan alami Culex sp. tumbuh lebih cepat dan lebih baik dibandingkan kedua jenis pakan alami lainnya (Tubifex sp. dan Chironomus). Pertumbuhan yang terbaik yang dihasilkan oleh Culex sp. mengindikasikan bahwa jenis pakan alami ini lebih baik dan lebih disukai oleh benih ikan buntal air tawar.

 

Gambar 1.  Pertumbuhan bobot benih ikan Buntal air tawar

(Tetraodon palembangensis) selama penelitian.

 

Gambar 2. Pertumbuhan panjang benih ikan Buntal air tawar

(Tetraodon palembangensis) selama penelitian.

 

Gambar 3. Pertumbuhan lebar benih ikan Buntal air tawar

(Tetraodon palembangensis) selama penelitian.

 

            Kisaran kualitas air yang terjadi selama penelitian menunjukkan nilai suhu, pH, dan DO yang tidak berbeda antara masing-masing perlakuan. Ketiga parameter kualitas air tersebut berada dalam kisaran normal dan baik untuk pertumbuhan benih ikan buntal air tawar (Tabel 2).         

 

Tabel 2. Data kualitas air selama penelitian

Parameter

Tubifex sp.

Larva Chironomus sp.

Larva Culex sp.

Suhu (0C)

26-27

26-27

26-27

pH

6-6,5

6,25-6,5

6,5

Oksigen terlarut (DO) (ppm)

4,00-5,00

4,415-5,12

4,235-4,94

 

            Pada penelitian ini, sintasan sangat dipengaruhi oleh perlakuan jenis pakan alami. Meskipun kualitas air selama penelitian hampir sama pada tiap perlakuan dan penyiponan serta pergantian air sebanyak 50% selalu dilakukan setiap hari namun Tubifex sp. telah menghasilkan sintasan yang sangat rendah pada benih ikan buntal air tawar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Tubifex sp. cenderung berperilaku diam di dasar perairan sehingga benih ikan buntal air tawar kurang merespon keberadaannya. Sifat Tubifex sp. yang diam bertolak belakang dengan sifat ikan buntal air tawar yang cenderung agresif dan menyukai makanan yang bergerak. Hal ini menyebabkan benih ikan buntal air tawar kurang tertarik untuk memakan Tubifex sp. sehingga benih ikan buntal air tawar tidak merespon pakan sehingga tidak memiliki energi yang dibutuhkan tubuh untuk aktifitasnya. Keadaan inilah yang menyebabkan banyak benih ikan buntal air tawar yang mengalami kematian.

            Sifat ikan buntal air tawar yang menyukai makanan yang bergerak, menyebabkan larva Culex sp. cenderung lebih disukai. Hal ini menyebabkan sintasan dan pertumbuhan benih ikan buntal air tawar lebih baik jika dibandingkan dengan kedua perlakuan Tubifex sp. dan larva Chironomus meskipun kandungan zat gizi pada ketiganya hampir sama.

Tabel 3. Hasil Analisis Proksimat (bahan kering)

Sampel

Kadar kering

(%)

Kering (1050C)

Protein (%)

Lemak (%)

Abu (%)

Larva Chironomus

98,18

64,01

5,72

15,50

Tubifex sp.

98,54

66,94

9,44

5,33

Larva  Culex sp.

97,16

64,04

17,63

7,84

 

Pertumbuhan terjadi akibat pemberian pakan alami yang telah memenuhi syarat pakan yang baik bagi larva diantaranya adalah ukuran yang lebih kecil dari bukaan mulut ikan dan memiliki nilai nutrisi yang tinggi.  Seperti dikatakan oleh Effendi (2004) bahwa persyaratan pakan yang sesuai adalah berukuran kecil, lebih kecil dari bukaan mulut ikan, bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna, dan mengandung nutrisi yang tinggi.  Menurut Handayani (2006) bahwa pemberian pakan yang bermutu dan disenangi oleh ikan selain dapat mempertinggi derajat efisiensi penggunaan juga dapat memacu pertumbuhan dan sintasan ikan yang dipelihara.

Sesuai dengan pendapat Mudjiman (1999) ikan membutuhkan nutrisi yang digunakan sebagai sumber energi bagi pertumbuhan dan aktivitas sehari-hari, karena itu pakan harus mengandung zat-zat penghasil energi seperti protein, lemak dan BETN.  Selain itu pakan juga harus mengandung vitamin, mineral, serat dan air yang digunakan untuk proses fisiologis lainnya.

Kandungan nutrisi pada ketiga jenis pakan alami (Tabel 3) menunjukkan bahwa kadar kering ketiganya hampir sama dengan kandungan protein yang memiliki selisih sekitar 2,9 %. Selisih tersebut menunjukkan bahwa Tubifex sp. sedikit lebih tinggi dibandingkan larva Chironomus dan Culex sp. Kandungan lemak pada setiap jenis pakan alami menunjukkan hasil yang berbeda, larva Culex sp. memiliki kandungan lemak yang jauh lebih tinggi yaitu sebesar 17,63% dibandingkan larva Chironomus dan Tubifex sp. masing-masing 5,72% dan 9,44%. Jumlah kandungan nutrisi pada setiap jenis pakan alami ini menunjukkan bahwa larva Culex sp menghasilkan jumlah energi terbesar dibandingkan larva Chironomus dan Tubifex sp.

Selain kandungan nutrisinya, larva Culex sp. memiliki keunggulan lain dibandingkan dengan Tubifex sp. dan larva Chironomus adalah sifatnya yang bergerak sehingga mudah dideteksi oleh ikan buntal air tawar dan mudah dicerna. Sifat ini selain dapat menarik perhatian benih ikan buntal air tawar juga meningkatkan keinginan memangsa.  Keunggulan-keunggulan tersebut menyebabkan perlakuan larva Culex sp. mampu memberikan pertumbuhan dan sintasan tertinggi dibandingkan perlakuan-perlakuan lainnya.

 

Kesimpulan dan Saran

Pemberian pakan alami yang berbeda  Tubifex sp., larva Chironomus, dan larva Culex sp. berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan benih ikan buntal air tawar, yang meliputi pertumbuhan mutlak (pertambahan bobot, panjang, dan lebar), laju pertumbuhan harian dan sintasan.  Perlakuan larva Culex sp. mampu memberikan pertumbuhan yang tertinggi terhadap pertumbuhan mutlak (pertambahan bobot, panjang, dan lebar), laju pertumbuhan harian, dan sintasan.

Untuk menghasilkan pertumbuhan dan sintasan tinggi dalam pemeliharaan benih ikan buntal air tawar disarankan menggunakan larva Culex sp. sebagai pakan alami hingga ukuran 2 g/individu.

 

 

Daftar Pustaka

 

Anonim, 2008. Bloodworm. http://www.o-fish.com/pakan ikan/bloodworm. 01/03/2007, pk.16.45 WIB.

Chumaidi, 2004. Teknologi budidaya pakan alami. Dalam: Makalah Simposium

Pengembangan Perikanan Budidaya Mendukung Pembangunan Kota      Berwawasan Lingkungan, 24 Agustus 2004, Hotel Salak, Bogor.

Departemen Pertanian, 1992. Petunjuk teknis budidaya pakan alami. Dalam: Makalah Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, Jakarta.

Effendi, M.I. 2004. Metoda Biologi Perikanan. Catakan II. Yayasan Dewi Sri, Bogor.

Handayani, S. 2006. Pengaruh penggunaan tepung kepala udang windu pada pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih lobster air tawar (Cherax albertis). Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA – Universitas Negeri Jakarta. Tidak dipublikasikan.

Juhariyah, D. 2005. Pengaruh pemberian nauplii Artemia sp., Moina sp., dan Tubifex sp. terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan Botia (Chromobotia macracanthus Bleeker). Skripsi. Fakultas Biologi-Univertas Nasional. Tidak dipublikasikan.

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions, Hong Kong. 221 p.

Lingga, P. dan H. Susanto. 1989. Ikan hias air tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mudjiman, A. 1999. Makanan ikan. Cetakan II. Penebar Swadaya, Jakarta.

Raja, Badia. 2005. Pertumbuhan dan produksi larva cacing darah Chironomus sp. pada media     yang dipupuk kotoran ayam dosis 1,0 – 2,5 gram/liter. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.


Artkel telah dipublikasikan pada

 http://www.faperta.ugm.ac.id/semnaskan/abstrak/prosiding2009/BDP/pakan.php



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAMBARAN PROFIL ASAM AMINO DALAM FORMULASI PAKAN IKAN PADA BERBAGAI RASIO TEPUNG MAGGOT DAN TEPUNG CACING TANAH

Pemanfaatan Tepung Daun Turi dalam Pakan untuk Kualitas Warna dan Pertumbuhan Ikan Rainbow Kurumoi

PENINGKATAN KUALITAS WARNA IKAN RAINBOW MERAH (Glossolepis incisus, Weber 1907) MELALUI PENGKAYAAN SUMBER KAROTENOID TEPUNG KEPALA UDANG DALAM PAKAN