Dapat diunduh pada:
https://media.neliti.com/media/publications/273317-peningkatan-kualitas-warna-ikan-rainbow-0ec19f3a.pdf
PENINGKATAN KUALITAS WARNA IKAN RAINBOW MERAH
(Glossolepis incisus, Weber 1907) MELALUI PENGKAYAAN SUMBER
KAROTENOID TEPUNG KEPALA UDANG DALAM PAKAN
[Color quality improvement of red rainbow fish (Glossolepis incisus, Weber 1907)
through carotenoids source enrichment of shrimp head meal in feed]
I Wayan Subamia1
, Nina Meilisza2
, dan Karunia Lin Mara2
1 Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budi Daya Perikanan Air Tawar
2 Balai Riset Budi Daya Ikan Hias
Balai Riset Budi Daya Ikan Hias
Jl. Perikanan No. 13 Pancoran Mas, Depok
e-mail korespondensi: sirunina@yahoo.com
Diterima: 21 Mei 2010, Disetujui: 15 Juni 2010
PENDAHULUAN
Warna indah merupakan salah satu parameter yang menjadi daya tarik ikan hias. Ikan
rainbow merah (Glossolepis incisus Weber) adalah ikan hias air tawar yang memiliki daya tarik
pada warnanya. Ikan dengan nama dagang red
rainbow fish ini memiliki warna merah terang
(merah bata) pada ikan jantan dan merah pucat
pada betina. Terdapat warna keperakan di kedua
sisi bagian tengah tubuh. Warna siripnya kemerahan atau jingga (Nasution, 2000). Ikan ini diklasifikasikan ke dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Atheriniformes, Famili Melanotaeniidae, Genus Glossolepis, dan spesies Glossolepis incisus, Weber
1907 (Allen, 1974). Informasi tentang ikan ini
masih terbatas pada aspek reproduksinya (Siby et
al., 2009).
Warna sebagai nilai estetika sangat memengaruhi nilai ekonomis ikan hias. Oleh karena itu, kualitas warna harus dapat ditingkatkan dan
dipertahankan, salah satunya melalui rekayasa
nutrisi pakan seperti pada penelitian Mayasari &
Said (2008) tentang pengaruh pakan terhadap penampilan warna ikan panchax kuning (Aplocheilus lineatus).
Warna pada ikan disebabkan oleh
adanya sel pigmen atau kromatofora yang terdapat dalam dermis pada sisik, di luar maupun di
bawah sisik. Warna merah atau kuning merupakan warna yang banyak mendominasi ikan hias.
Komponen utama pembentuk pigmen merah dan
kuning ini adalah pigmen karotenoid. Astaxanthin merupakan molekul karotenoid yang dominan terdapat pada ikan (Satyani & Sugito, 1997).
Jenis pakan memengaruhi penampilan warna
ikan (Said et al., 2005). Penambahan sumber peningkat warna dalam pakan akan mendorong peningkatan pigmen warna pada tubuh ikan, atau
minimal ikan mampu mempertahankan pigmen
warna pada tubuhnya selama masa pemeliharaan.
Metode yang biasa digunakan oleh para
penggemar dan petani ikan hias dalam pakan
adalah memberikan udang-udangan kecil sebagai pakan tambahan sumber karotenoid. Seiring
dengan perkembangan teknologi pembuatan pakan ikan, sumber-sumber karoten yang semula
hanya diberikan dalam bentuk bahan mentah, sekarang bahan baku tersebut sudah dapat dimasukkan ke dalam pakan. Hal ini didasarkan pada
efisiensi dalam kemudahan pengadaannya dibanding dalam bentuk pakan alami. Selain itu kelengkapan nutrien dan keseimbangan nutrien pakan buatan (protein, lemak, karbohidrat, vitamin.
dan mineral) bagi ikan yang dipelihara lebih mudah diatur dan diketahui sesuai dengan kebutuhan ikan peliharaan.
Usaha pengolahan udang menghasilkan
limbah udang sebesar 30-75% yang terbuang
percuma bahkan menyebabkan pencemaran.
Limbah sebanyak itu, jika tidak ditangani secara
tepat, akan menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan (Soetomo, 1990). Tepung kepala
udang adalah hasil pengolahan limbah tubuh
udang yang sudah tidak dimanfaatkan yaitu
bagian kulit dan kepala yang merupakan 60-70%
dari bobot udang. Tepung kepala udang mengandung bahan-bahan seperti mineral, protein, kitin, dan karotenoid. Oleh karena itu, tepung kepala udang dapat ditambahkan ke dalam pakan
buatan sebagai sumber astaxanthin alami, agar
dapat menekan biaya produksi dalam budi daya,
meningkatkan nilai tambah limbah, dan membantu pengelolaannya.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas warna ikan rainbow merah dengan
menambahkan tepung kepala udang dalam pakan
yang diberikan pada ikan rainbow serta mendapatkan konsentrasi tepung kepala udang terbaik.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Balai Riset Budi Daya Ikan Hias Depok. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Pemberian tepung kepala udang dalam pakan buatan sebagai
variabel bebas, sedangkan peningkatan warna
ikan rainbow merah sebagai variabel terikat. Desain penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL), dengan enam perlakuan dan tiga
ulangan pada tiap perlakuan. Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian seperti terlihat
pada Gambar 1.
Perlakuan tersebut ialah:
A = pemberian pakan buatan + tepung kepala
udang 0% (kontrol),
B = pemberian pakan buatan + tepung kepala
udang 2%,
C = pemberian pakan buatan + tepung kepala
udang 4%,
D = pemberian pakan buatan + tepung kepala
udang 6%,
E = pemberian pakan buatan + tepung kepala
udang 8%,
F = pemberian pakan buatan + tepung kepala
udang 10%.
Alat yang digunakan diantaranya ialah
akuarium (30x40x60 cm3
), timbangan elektrik,
serokan ikan, baskom, Toca colour finder (standar pencocokan warna), selang kecil dan besar.
Bahan yang digunakan adalah ikan rainbow merah dengan panjang rata-rata 2,22-2,74
cm, tepung kepala udang, tepung ikan, tepung
kedelai, tepung jagung, minyak ikan, minyak jagung, crude palm oil (CPO), vitamin, mineral,
dan carboxy methil cellulose (CMC).
Cara kerja pada penelitian ini meliputi
persiapan dan pelaksanaan penelitian. Secara rinci cara kerja disajikan sebagai berikut:
Persiapan penelitian
Persiapan alat. Alat-alat yang dibutuhkan
dalam penelitian terlebih dahulu disiapkan, diperhatikan kelengkapannya, dan kemudian dibersihkan. Akuarium dicuci dan disikat hingga bersih kemudian dibilas dengan air bersih dan dikeringkan. Selama satu hari sebelum akuarium tersebut digunakan diisi air tawar masing-masing
sebanyak 20 liter yang dilengkapi dengan instalasi aerator dan penutup akuarium untuk mencegah
ikan melompat keluar dan menghalangi kotoran
masuk ke dalam akuarium.
.png)
Penyediaan ikan dan masa adaptasi
Ikan
rainbow merah yang digunakan dalam penelitian
berasal dari hasil budi daya di Balai Riset Budi
Daya Ikan Hias Depok, dengan panjang rata-rata
2-3 cm. Ikan terlebih dahulu diadaptasikan selama tujuh hari yang bertujuan agar ikan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dan
jenis pakan.
Penyediaan pakan
Dalam penelitian ini,
terhadap pakan buatan dan tepung kepala udang
dilakukan uji proksimat terlebih dahulu untuk
menentukan kadar air, kadar abu, kadar lemak,
kadar protein, dan serat kasar. Setelah itu, semua
bahan dicampur dan diolah sampai hasil akhirnya
berupa pelet. Pelet yang digunakan dibuat sendiri
dari bahan-bahan yang telah tersedia dengan menambahkan tepung kepala udang dengan konsentrasi yang berbeda.
Kandungan nutrisi dalam pakan perlakuan
didapat dengan melakukan analisis proksimat pakan di Laboratorium Nutrisi Balai Riset Budi Daya Ikan Hias Depok. Komposisi bahan baku pakan berdasarkan dosis perlakuan tepung kepala udang dalam pakan dan kandungan nutrisi dalam
pakan disajikan pada Tabel 1.
Pelaksanaan penelitian
Penebaran ikan.
Penebaran ikan dilakukan dengan padat penebaran sebanyak 10 ekor
per 20 liter air. Selama masa adaptasi ikan diberi
pelet kontrol tanpa penambahan tepung kepala
udang.
Pemberian pakan.
Pemberian pakan disesuaikan dengan bobot tubuh ikan yaitu diberikan
sebanyak 5% dari bobot tubuh ikan dengan frekuensi tiga kali sehari setiap pagi (08.00), siang
(12.00), dan sore (16.00).
Penyiponan.
Penyiponan dilakukan untuk
membersihkan sisa pakan dan kotoran yang terdapat dalam akuarium. Kegiatan ini dilakukan
setiap hari sebelum pemberian pakan pada pagi
hari dengan cara menyedot kotoran yang ada di
dasar akuarium dengan menggunakan selang
yang berukuran sedang.
Pengambilan contoh.
Pengambilan contoh dilakukan dengan cara mengambil beberapa
ekor ikan untuk diamati perkembangan warnanya. Pengambilan dilakukan setiap sepuluh hari
sekali selama 50 hari. Warna asli ikan dibandingkan dengan kertas warna (Toca colour finder).
Pengamatan dimulai dari nilai warna terkecil
sampai terbesar sesuai dengan warna aslinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Peningkatan warna merah pada perut
Dari hasil penelitian diperoleh warna merah pada perut ikan meningkat pada setiap kali
pengamatan. Peningkatan warna tertinggi dialami
oleh ikan yang diberi pakan F (10%) yang warnanya meningkat sebesar 1103-1111; kemudian
disusul ikan yang diberi pakan E (8%) sebesar
1102-1110; ikan yang diberi pakan D (6%)
sebesar 1103-1110; ikan yang diberi pakan C
(4%) sebesar 1103-1109; ikan yang diberi pakan
B (2%) sebesar 1102–1109; dan yang terakhir
ikan yang diberi pakan A (0%) sebesar 1102-
1108. Data selengkapnya terlihat pada Tabel 2.
Pada setiap perlakuan terjadi peningkatan
warna yang berbeda dari waktu ke waktu. Peningkatan warna pada masing-masing perlakuan mencapai klimaks pada pengamatan hari ke-40
dan tampak stabil pada pengamatan selanjutnya.
Dari data tersebut, maka diperoleh grafik rerata
peningkatan warna merah pada perut ikan setiap
sepuluh hari seperti disajikan pada Gambar 2.
Peningkatan warna merah pada sirip ekor
Peningkatan warna merah pada sirip ekor
terjadi pada setiap waktu pengamatan. Penelitian
ini menunjukkan tingkat warna tertinggi terjadi
pada ikan yang diberi perlakuan F (10%), yang
warnanya meningkat sebesar 1011-1017; kemudian disusul ikan yang diberi pakan E (8%) sebesar 1011-1016; ikan yang diberi pakan D (6%)
sebesar 1010-1015; ikan yang diberi pakan C
(4%) sebesar 1011-1015; ikan yang diberi pakan
B (2%) sebesar 1011-1014; dan yang terakhir
adalah ikan yang diberi pakan A (0%) sebesar 1010-1013. Rata-rata peningkatan warna merah
pada sirip ekor rainbow merah selama penelitian
dapat dilihat pada Tabel 3.
Peningkatan warna pada perlakuan A dan
B menunjukkan perkembangan warna yang relatif sama dari waktu ke waktu; sedangkan pada perlakuan C, D, E, dan F menunjukkan peningkatan warna yang mencapai klimaks pada hari
ke-40 dan terlihat mulai stabil pada pengamatan
selanjutnya. Grafik rata-rata peningkatan warna
merah pada sirip ekor ikan dapat dilihat pada
Gambar 3.
Peningkatan warna hijau pada punggung
Peningkatan warna hijau pada punggung
ikan selama penelitian menunjukkan hasil tertinggi terjadi pada ikan yang diberi pakan dengan
perlakuan F (10%) yaitu sebesar 6111-6117; kemudian diikuti ikan yang diberi perlakuan pakan
E (8%) sebesar 6111-6115; diberi pakan D (6%)
sebesar 6112-6116; diberi pakan C (4%) sebesar
6111-6114, diberi pakan B (2%), dan ikan yang
diberi pakan A (0%) sebesar 111-6114 (Tabel 4).
Nilai rata-rata yang terdapat pada Tabel 4 menunjukkan peningkatan warna yang relatif sama pada setiap perlakuan. Peningkatan warna
mencapai klimaks pada pengamatan hari ke-40
dan stabil pada pengamatan selanjutnya, dengan
nilai rata-rata peningkatan warna yang tidak jauh
berbeda pada akhir penelitian. Grafik rata-rata
peningkatan warna hijau pada punggung rainbow
merah diperlihatkan pada Gambar 4. Data kualitas air selama penelitian menunjukkan kisaran
normal yang baik untuk pemeliharaan dan budi
daya ikan (Tabel 5).
Pembahasan
Peningkatan warna pada rainbow merah
yang meliputi warna merah pada perut, warna
jingga pada sirip ekor, dan warna hijau pada
punggung secara visual memperlihatkan hasil
yang berbeda. Hasil tersebut membuktikan bahwa penggunaan tepung kepala udang sampai dengan 10% sudah mampu meningkatkan warna
yang optimal bagi rainbow merah. Dilihat dari
segi ekonomis untuk budi daya, penggunaan tepung kepala udang mampu memberikan hasil
baik daripada yang tidak menggunakannya.
Tepung kepala udang yang merupakan
limbah suatu pengolahan udang mengandung karotenoid yang berfungsi meningkatkan warna
ikan. Penambahan karotenoid memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat perubahan
warna ikan rainbow merah.
Karotenoid merupakan suatu kelompok
pigmen yang berwarna kuning, jingga, atau merah jingga; mempunyai sifat larut dalam lemak
atau pelarut organik, tetapi tidak larut dalam air.
Pigmen karotenoid mempunyai struktur alifatik
atau alisiklik. Selain itu menurut Latscha (1991),
karotenoid secara struktural berhubungan dengan
sumber utama vitamin A, retinol, dan β-karoten.
Pada perkembangan seksualnya ikan jantan dewasa akan menyimpan karotenoid pada kulit tubuhnya (Bjerkeng et al., 1992). Oleh karena itu
penambahan karotenoid pada pakan akan meningkatkan warna merah pada kulit tubuh rainbow merah jantan.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2
dan Tabel 3 dapat terlihat bahwa peningkatan warna merah mulai tampak terjadi pada hari ke-20 dan mencapai puncaknya pada hari ke-40. Hal
ini menunjukkan bahwa pemberian pakan telah
terserap secara maksimal sehingga dapat mempertajam warna merah pada perut dan warna
jingga pada sirip ekor ikan rainbow merah. Sesuai dengan pernyataan Satyani & Sugito (1997)
bahwa peningkatan warna baru tampak sesudah
dua minggu dan pada ikan pelangi merah peningkatan warna masih terus terlihat sampai dengan
hari ke-40.
Pada perlakuan A (kontrol), warna merah
pada perut dan sirip ekor mengalami peningkatan
dibandingkan kondisi awal penelitian. Hal ini juga disebabkan oleh faktor umur. Menurut Bjerkeng et al. (1992) yang meneliti ikan rainbow
trout, kandungan (akumulasi) astaxanthin pada
ikan dewasa jantan lebih banyak terdapat di bagian kulit; sedangkan pada ikan dewasa betina lebih banyak terdapat di bagian gonad, dan pada
ikan yang belum dewasa lebih banyak terdapat di
bagian daging/otot. Peningkatan warna merah
pada setiap perlakuan menunjukkan bahwa pada
bahan baku pakan terdapat kandungan karoten
dalam bentuk astaxanthin.
Karotenoid yang terdapat dalam tepung
kepala udang mempunyai sifat sebagai provitamin A dan dapat berfungsi sebagai antikanker
(antioksidan) (Iwasaki & Murakoshi, 1992). Karotenoid yang bersifat provitamin A dalam pencernaan akan larut dalam lemak. Di lambung
proses pencernaan lemak tidak begitu efektif.
Proses pencernaan lemak secara intensif dimulai
pada segmen usus.
Karoten dan vitamin A yang larut dalam
lemak akan diubah menjadi partikel lemak berukuran kecil yang disebut micelle oleh garam
empedu dan lipase pankreatik. Oleh usus, micelle
diserap secara difusi pasif kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap melalui saluran limfatik. Selanjutnya micelle masuk ke saluran darah dan ditransportasikan menuju ke hati.
Di hati, vitamin A dan karoten bergabung dengan
asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinilpalmitat. Bila diperlukan oleh sel tubuh, retinil
palmitat akan diikat oleh protein pengikat retinol
(PPR) yang disintesis dalam hati. Selanjutnya
PPR ditransfer ke protein lain, untuk diangkut ke
sel-sel jaringan. Dengan demikian karoten yang
terdapat pada tepung kepala udang dapat terserap
dalam tubuh.
Penyerapan karotenoid dalam sel-sel jaringan akan memengaruhi sel-sel pigmen (kromatofora) dalam kulit ikan. Kandungan astaxanthin dalam karotenoid akan meningkatkan pigmen merah pada sel pigmen merah (eritrofora),
sehingga warna yang dihasilkan akan tampak lebih jelas. Menurut Vevers (1982), karotenoid pada hewan berperan dalam pemberian warna kuning, jingga, dan merah; namun bila berikatan
dengan protein akan menjadi karotenoprotein
yang menghasilkan warna biru dan ungu. Karotenoid tersebut diidentifikasi sebagai astaxanthin
dan canthaxanthin.
Peningkatan warna hijau pada punggung
diduga disebabkan oleh peningkatan astaxanthin
dengan protein. Menurut Ako et al. (2003), ikan
dapat menggunakan astaxanthin dengan memodifikasinya secara kimiawi atau berikatan dengan
protein atau lemak untuk menghasilkan warna yang bervariasi (biru, ungu, dan hijau). Hal ini
mengakibatkan semua perlakuan mengalami peningkatan warna hijau pada punggung rainbow
merah. Seperti halnya pada warna merah dan
jingga, peningkatan warna hijau juga dapat disebabkan oleh faktor usia. Namun demikian, peningkatan warna hijau pada awal sampai akhir
penelitian pada semua perlakuan relatif sama. Penambahan karoten dalam tubuh ikan dapat meningkatkan penyerapan sel-sel pigmen sehingga
kualitas warna ikan pun akan meningkat, dibandingkan dengan pemberian pakan tanpa karoten.
KESIMPULAN
Peningkatan warna pada ikan rainbow merah yang diberi pakan menggunakan tepung kepala udang lebih cepat daripada ikan yang diberikan pakan tanpa sumber karoten yang berasal dari tepung kepala udang.
Komentar
Posting Komentar